Langsung ke konten utama

Postingan

Kerap Bimbang? Begini 8 Cara Mengatasi Keraguan dalam Mengambil Keputusan

Di kehidupan sehari-hari kita pasti selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan tertentu. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi kita cenderung memutuskan sesuatu. Misalnya kamu memutuskan untuk bangun pagi lalu olahraga ataupun memilih untuk lanjut tidur sampai siang hari. Apapun yang kamu jalani saat ini akibat dari keputusan yang kamu ambil di masa lalu. Untuk hal-hal remeh-temeh memang terkesan mudah. Tapi bagaimana bila kamu diminta memutuskan suatu perkara yang besar. Contohnya soal pekerjaan atau karier kedepannya. Sayangnya, sebagian dari kita merasa sulit mengambil keputusan. Entah itu dalam memilih karier, pasangan, atau bahkan sesuatu yang terlihat sepele seperti menu makan malam. Namun, jika rasa ragu terus-menerus mengganggu dan membuatmu sulit melangkah, bisa jadi itu tanda kamu perlu strategi untuk mengatasinya. Sebelum memahami bagaimana cara mengambil keputusan. Kamu perlu paham apa sih alasan seseorang kerap bimbang ketika menentukan pilihan. 8 Cara Mengatasi Ke...

Review Buku Men Coblong Karya Oka Rusmini, Satire yang Menggetarkan Hati

“ Apakah yang sesungguhnya harus dipercaya di negeri ini. Ketika para pemimpin hanya memikirkan uang tanpa memiliki hati dan perasaan menelan apa saja. Memaki dan menghalalkan belbagai cara untuk menekan rakyatnya. Sementara wacana yang dihidangkan begitu indah, untuk kesejahteraan. Kesejahteraan seperti apa? Untuk rakyat. Rakyat yang wujudnya seperti apa yang diperjuangkan. Ketika peredaran uang begitu penuh misteri, selalu kurang ... ... Rakyat bisa apa kalau seluruh kebijakan para pengambil kebijaksanaan itu bermata dua – siap menusuk rakyat sendiri. Padahal uang yang terkumpul juga milik rakyat. Hasil kerja keras, mana ada di bumi ini tanpa kerja duit bisa ngumpul?” Begini salah satu sindiran favorit ku dalam karya Oka Rusmini terhadap negeri yang katanya berbudi pekerti luhur. Identitas Buku Judul : Men Coblong Penulis : Oka Rusmini Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2019 Halaman :  214  Halaman Review Buku Men Coblong Karya Oka Rusmini Men Coblo...

Menulis di Era Digital: Masih Worth It atau Ketinggalan Zaman?

Di era digital seperti sekarang, kebanyakan orang mulai beralih membuat konten dalam bentuk video, podcast, atau pun gambar . Lantas ada pula yang bertanya-tanya: Menulis masih worth it nggak, sih? Atau sudah ketinggalan zaman? Dahulu, menulis jadi salah satu sarana untuk menyampaikan informasi sekaligus mengekspresikan ide. Tetapi hadirnya media sosial, YouTube, dan platform visual, kebiasaan mengonsumsi informasi melalu bacaan mulai bergeser. Orang lebih senang menyaksikan video singkat dari pada membaca artikel panjang. Jadi, apakah menulis masih relevan? Atau ini hanya warisan masa lalu yang perlahan ditinggalkan? Mari kita bahas! Menulis di Era Digital Masih Worth It atau Sudah Ketinggalan Zaman? Freepik.com/ diana.grytsku Konsumsi Konten Berubah, Tapi Tulisan Masih Dibutuhkan Nggak bisa dipungkiri, konsumsi konten memang berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir. Video pendek seperti yang ada di TikTok dan Reels makin populer, sementara jumlah orang yang membaca...

9 Alasan Penulis Sering Overthinking, Ngerasa Ide Terlalu Biasa

Menulis nggak hanya soal hobi belaka, tetapi akivitas yang penuh kreativitas. Namun disisi lain, juga bikin kepala penuh dengan berbagai kekhawatiran. Banyak penulis—baik pemula maupun yang sudah berpengalaman—sering terjebak dalam overthinking. Bagaimana tidak, nggak sedikit yang terus berputar, mempertanyakan apakah tulisan nya cukup bagus, apakah akan disukai pembaca, atau apakah ide nya terlalu biasa. Kalau kamu seorang penulis dan sering merasa pikirannya terlalu sibuk sebelum, selama, atau setelah menulis, wajar saja! Ini 9 A lasan Penulis sering Overthinking Freepik.com/   rawpixel.com 1. Takut Tulisan Nggak Cukup Bagus Salah satu alasan penulis sering overthinking adalah merasa bahwa tulisan nya belum cukup bagus. Ada rasa takut bahwa apa yang ditulis nggak akan memenuhi standar yang diharapkan, baik oleh diri sendiri maupun pembaca. Akibatnya, banyak penulis yang terus-menerus mengedit satu kalimat berulang kali, menghapus paragraf, atau bahkan nggak jadi m...